DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengangguran dan inflasi adalah dua masalah
ekonomi utama yang di hadapi setiap masyarakat, kedua-dua masalah ekonomi itu
dapat diwujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari
berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu
dijalankan.Analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk-bentuk
masalah pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk
kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah
tersebut.Disamping itu satu hal penting pemerintah yang dapat dijalankan untuk
mengatasi hal tersebut. Disamping itu satu hal penting lain yang diuraikan
dalam adalah mengenai kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penawaran uang,
pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu ekonomi dan bentuk kebijakan
pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itu
pengangguran dan inflasi bukan
satu-satunya masalah yang dapat dihadapi suatu perekonomian. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan .Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran
yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk, tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
politik,keamanan dan social sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi.Pertumbuhan lamban, kenaikan kemiskinan dan
utang federal yang besar adalah masalah-masalah yang lain Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan perkapita suatu Negara.Uraian
ini menunjukkan bahwa perekonomian selalu mencapai kesepakatan kerja
penuh.Dikebanyakan negara tentu masalah utama yang dihadapi adalah masalah
pengangguran.menunjukkan bahwa mekanisme pasar tidak menunjukkan bahwa mekanisme pasar tidak mampu untuk
mengatasi masalah ini dan selanjutnya sebagian ahli-ahli ekonomi berpendapat
pemerintah perlu menjalankan kebijakan-kebijakan ekonomi untuk mengatasinya.
Jika masalah pengangguran yang demikian
pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong
suatu krisis sosial.yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang
baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan
karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari
begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan.Mereka menjadi pengamen,
pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas.Mereka adalah generasi yang
kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran dinegara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal.
Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran dinegara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal.
Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi
pengangguran dan inflasi?
2. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflas dan penganggurani?
2. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflas dan penganggurani?
C. Tujuan
ü Agar kita mengetahui faktor penyebab terjadinya pengangguran dan inflasi.
ü mengetahui dampak dari pemerinytah dalam mengatasi penganggurandan inflasi terhadap ekonomi
ü mengetahui cara pemerintah dalam mengatasi pengangguran dan inflasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah
kondisi dimana seseorang tidak bekerja, padahal ia masuk kedalam angkatan kerja
dan memang mencari pekerjaan.Penganggur itu berpotensi
menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan
kemiskinan.Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar
biasa.Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, listrik,
air bersih dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan.
Pengangguran
juga sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak
bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
ü Pengangguran Terselubung (Disguissed
Unemployment)
Adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan
tertentu.Contoh : suatu kantor mempekerjakan 10 orang karyawan padahal
pekerjaan dalam kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan 8
orang karyawan saja,sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja.
Orang-orang semacam ini yang disebut dengan pengangguran terselubung.
1. Setengah Menganggur (Under Unemployment)
adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Contoh : seorang buruh
bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara
menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
2. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis
ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Macam-macam
pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
3. Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment)
adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
4. Pengangguran struktural (Struktural Unemployment)
adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti :
·
Akibat
permintaan berkurang
·
Akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi
·
Akibat
kebijakan pemerintah
5. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment)
adalah
pengangguran yang pasti ada, meskipun dalam kondisi full employment.
Pengangguran ini terjadi akibat proses rekrutmen tenaga kerja yang membutuhkan
waktu untuk mendapatkan pekerjaan. Bisa juga sebagai pekerja yang keluar dari
tempat kerjanya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya.
6. Pengangguran musiman
adalah
pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim
tanam ke musim panen.
7. Pengangguran teknologi
adalah
pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga mesin-mesin.
8. Pengangguran siklus
adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena
terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerat demand).
A.2. Penyebab Terjadinya Pengangguran
Masalah
pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab. Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah sebagai berikut :
a.
Besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan
terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia.Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
b.
Struktur
Lapangan Kerja Tidak Seimbang
c.
Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila
kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja,
pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi
kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang
tersedia.Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang
ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
d.
Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah
angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya.
A.3. Dampak pengangguran
·
Dampak
pengangguran terhadap ekonomi
1. Mengurangi output negara
Apabila di suatu negara tingkat pengganguran
tinggi, maka output yang dihasilkan juga berkurang
2. Menurunkan taraf hidup
Apabila tingkat pengangguran tinggi, maka
pendapatan perkapita juga akan rendah sehingga menyebabkan taraf hidup penduduk
jga rendah
3. Memperlambat proses
pembangunan
Turunnya produksi nasional, maka penerimaan
pajak juga akan menurun, dimana pajak merupakan sumber dana untuk pembangunan,
menurunnya penerimaan pajak akan berdampak pada pembangunan infrastruktur juga
akan menurun.
4. Meningkatkan Tingkat
Kemiskinan
·
Dampak
sosial dari pengangguran
1. Masalah jiwa
dan keyakinan
Pengangguran dalam waktu tertentu akan
berdampak pada gangguan kejiwaan bahkan sampai tindakan bunuh diri.
2. Ketentraman
keluarga akan terganggu
Apabila kepala keluarga menganggur dan tidak
memiliki penhasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Sehingga timbul
pertengkaran bahkan berujung pada perceraian.
3. Meningkattnya
tindakan kriminal
·
Dampak
pengganguran pada individu yang mengalaminya
1. Dapat
mengurangi kepercayaan diri pelakunya
2. Dapat
mengurangi akal sehat pelakunya seperti melakukan pencurian, merampol dan
sebagainya.
A.4. Pengangguran di Indonesia
Salah satu masalah yang
cukup besar di Indonesia adalah masalah pengangguran, yang tidak pernah
teratasi setiap tahunnya. Faktor pengangguran bisa beragam macamnya, dan ini
tidak boleh di abaikan oleh pemerintah. Usaha mengatasi pengangguran bukanlah
kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia di harapkan
partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Tanpa kerjasama pemerintah dan
masyarakat mustahil dapat mengatasi pengangguran di Indonesia. Berikut adalah
beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.
ü
Pendidikan rendah. Pendidikan yang rendah dpat menyebabkan seseorang
kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di karenakan semua perusahaan membutuhkan
pegawai seminimal SMA.
ü
Kurangnya keterampilan. Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang sudah mempunyai
kriteria dalam bekerja,namun dalam teknisnya keterampilannya masih kurang.
Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.
ü
Kurangnya lapangan pekerjaan. Setiap tahunnya, Indonesia
memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah yang
sangat besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada, baik yang
di sediakan oleh pemerintah maupun swasta.
ü
Kurangnya tingkat EQ masyarakat. Tingkat EQ meliputi kemampuan
seseorang dalam mengandalikan emosi, yang berpengaruh terhadap keterampilan
berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat lainnya
yang mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang pandai berkomunikasi dan
pandai bersosialisasi lebih mudah mendapatkan pekerjaan di banding orang yang
selalu pendiam dan tidak berani mengeksplor potensi diri.
ü
Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain. Misalnya ada seorang lulusan
sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka menggantungkan hidup
kepada orang tua atau pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk pengangguran,
selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
bagi orang lain.
ü
Tidak mau berwirausaha. Umumnya sesorang yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku
dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Sehingga
persaingan mencari pekerjaan lebih besar di bandingkan membuat suatu usaha.
A.5. Cara Mengatasi Pengangguran
Adanya
bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan
dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
·
Cara
Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
- Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
- Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari
tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
- Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi
formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
- Segera mendirikan industri padat karya di
wilayah yang mengalami pengangguran.
·
Cara
Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi
pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
- Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya
- Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru
- Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
- Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector
agraris dan sector formal lainnya
- Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga
kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan
swasta.
·
Cara Mengatasi
Pengangguran Musiman.
Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian
informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2. Melakukan
pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu
musim tertentu.
·
Cara
mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya
beli Masyarakat
A.6. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2014
Februari 2014: Tingkat Pengangguran
Terbuka Sebesar 5,70 Persen
Jumlah angkatan kerja
di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta orang, bertambah sebanyak
5,2 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2013 sebanyak 120,2 juta orang
atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding Februari 2013.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014
mencapai 118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan
pada Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang atau bertambah 1,7 juta orang dibanding
keadaan Februari 2013.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014
mencapai 5,70 persen,mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013 sebesar
6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen.
Selama setahun terakhir (Februari 2013―Februari 2014), jumlah
penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor, terutama di
Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 640 ribu orang (3,59 persen), Sektor
Perdagangan sebanyak 450 ribu orang (1,77 persen), serta Sektor Industri
sebanyak 390 ribu orang (2,60 persen). Sedangkan sektor yang mengalami
penurunan adalah Sektor Pertanian yang mengalami penurunan jumlah penduduk
bekerja sebesar 0,68 persen.
Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2014, sebanyak 81,2
juta orang (68,71 persen) bekerja di atas 35 jam per minggu, sedangkan penduduk
bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 15 jam per minggu mencapai 7,3 juta
orang (6,16 persen).
Pada Februari 2014, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan SD
kebawah masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 55,3 juta orang (46,80 persen),
sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan Diploma sebanyak 3,1 juta orang
(2,65 persen) dan penduduk bekerja dengan pendidikan Universitas hanya sebanyak
8,8 juta orang (7,49 persen).
B. Inflasi
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah
gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus yang bersumber dari
terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari pengertian ini,
inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak
terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami
yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu
negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
B.1. Penggolongan Inflasi
Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun)
Inflasi Sedang
Inflasi Berat ( antara 50-100% setahun)
Hiper Inflasi (di atas 100% setahun)
Laju inflasi
dapat berbeda antar asatu Negara dengan Negara lainnya atau dalam satu Negara
dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka Inflasi dapat
di bagi ke dalam tiga kategori yaitu :
1. Inflasi merayap (creeping Inflation)
Di
tandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan
harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka
yang relatif lama.
2. Inflasi Menengah (galloping Inflation)
Ditandai
dengan laju inflasi yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya
terhadap perekonomian lebih besar daripada inflasi yang merayap (creeping
inflation)
3. Inflasi tinggi (Hyper inflation)
Merupakan
inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali
lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang
merosot dengan tajam sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik
secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
B.2. Penyebab inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh tiga hal,
yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua
adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi
(product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi) dan yang
terakhir adalah inflasi import.Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran
negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua
lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal
ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
a.
inflasi
tarikan permintaan (demand-pull inflation)
terjadi
karena Permintaan agregat melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
barang atau jasa. Keadaan ini menyebabkan terjadi kekurangan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Akibatnya, pengusaha akan menaikan harga dan
hanya menjual kepada pembeli yang mampu membayar lebih tinggi.
b.
inflasi
desakan biaya (cost-push inflation)
terjadi akibat kenaikan biaya produksi seperti upah,
bahan baku, dll sehingga mendorong perusahaan untuk menaikan harga dalam rangka
menutup biaya produksi yang dikeluarkannya.
c.
Inflasi
diimpor
Inflasi
ini terjadi jika kenaikan harga-harga barang impor berpengaruh penting dalam
kegiatan perusahaan-perusahaan
Sumber masalah inflasi:
ü
Kenaikan harga barang yang diimpor
ü
b. Penambahan penawaran uang yang berlebihan
tanpa diikuti
ü
c. pertambahan produksi dan penawaran barang
ü
d. Kekacauan politik dan ekonomi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan,
justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.Orang
menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung, atau mengadakan investasi
dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
B.3. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi
1. Jumlah uang beredar
Menurut
sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang di
tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang, tidak
terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak
diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih
adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya merupakan bagian dari likuiditasi
perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih
kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).sehingga
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter
Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian
jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam
kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya memberikan kecenderungan
meningkatnya laju inflasi.
2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti
halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja pemerintah
Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip
anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak sekali disebabkan
oleh hal-hal yang menyangkut keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap
kali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun.
B.4. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
a.
Efek
terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula
yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan
tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi
b.
Efek
terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
·
Inflasi
dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan
·
Inflasi
dan Kemakmuran masyarakat.
·
Disamping
menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
ü Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil
orang-orang yang berpendapatan tetap.
ü Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang
berbentuk uang.
ü Memperburuk pembagian kekayaan
B.5. Cara Mencegah Inflasi
1. Cara Pemerintah Mengatasi-Menanggulangi Inflasi
Ada beberapa metoda atau cara yang diambil
pemerintahan untuk mengatasi masalah inflasi yang umumnya dituangkan dalam
kebijakan. Pemerintah dapat menanggulangi inflasi dengan mengambil beberapa
kebijakan berikut:
a.
Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan
pemerintah melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang
berkaitan dengan pengendalian jumlah uang beredar dan pengaturan tingkat suku
bunga dan kredit.
Kebijakan moneter biasanya lebih efektif
untuk mengatasi masalah inflasi daripada untuk mendorong ekspansi kegiatan
ekonomi pada jangka pendek. Hal tersebut disebabkan inflasi dapat diatasi
dengan mengendalikan permintaan total masyarakat melalui pengurangan jumlah
uang beredar.
Instrumen-Instrumen yang biasa digunakan dalam kebijakan moneter melalui
Bank Sentral untuk menanggulangi atau mengatasi masalah inflasi adalah sebagai
berikut.
·
Operasi
Pasar Terbuka atau Open Market Operation
Operasi pasar terbuka adalah usaha atau
tindakan-tindakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membeli
atau menjual surat-surat berharga milik negara. Kegiatan penjualan surat
berharga ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum. Dengan demikian, jumlah
uang beredar di masyarakat akan berkurang dan kenaikan harga-harga pun dapat
ditekan.
·
Kebijakan
Tingkat Suku Bunga Diskonto atau Discount Rate Policy
Kebijakan tingkat suku bunga diskonto adalah tindakan Bank Sentral dengan
mengubah tingkat suku bunga diskonto yang harus dibayar oleh bank umum atas
dana pinjaman dari Bank Sentral. Kenaikan suku bunga diskonto akan menyebabkan
naik suku bunga kredit kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi yang
diberikan akan turun. Turunnya kredit investasi berakibat pula pada menurunnya
pendapatan nasional, dan berpengaruh terhadap turunnya permintaan agregat yang
pada akhirnya harga-harga barang pun akan turun.
·
Kebijakan
Cadangan Wajib atau Reserve Requirement Policy
Kebijakan cadangan wajib berkaitan dengan
tindakan Bank Sentral dalam menetapkan cadangan wajib bagi bank umum di Bank
Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh Bank Sentral tinggi, jumlah
pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang beredar di masyarakat menjadi
lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.
·
Kebijakan
Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif berkaitan dengan
kebijakan bank umum dalam menyalurkan kredit kepada nasabah (masyarakat) dengan
memperhatikan unsur character, collateral, capital, capacity, dan condition of
economy.
b.
Kebijakan
Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan
pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara langsung memengaruhi
permintaan total dan memengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijakan fiskal seperti pengurangan pengeluaran pemerintah
dan kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi
dapat ditekan. Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai
berikut.
1. Meningkatkan penerimaan pajak, dengan
memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi
kebutuhan pokok masyarakat atau dengan mengenakan jenis-jenis pajak baru.
2. Mengurangi pengeluaran pemerintah,
dengan jalan menunda atau menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.
3. Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu
mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikannya di
kemudian hari, misalnya dalam bentuk pensiun.
B.6. Data inflasi
Bulan
Tahun
|
Tingkat
Inflasi
|
Oktober
2014
|
4.83 %
|
September
2014
|
4.53 %
|
Agustus
2014
|
3.99 %
|
Juli 2014
|
4.53 %
|
Juni 2014
|
6.70 %
|
Mei 2014
|
7.32 %
|
April 2014
|
7.25 %
|
Maret 2014
|
7.32 %
|
Februari
2014
|
7.75 %
|
Januari
2014
|
8.22 %
|
Desember
2013
|
8.38 %
|
Nopember
2013
|
8.37 %
|
Oktober
2013
|
8.32 %
|
September
2013
|
8.40 %
|
Agustus
2013
|
8.79 %
|
Juli 2013
|
8.61 %
|
Juni 2013
|
5.90 %
|
Mei 2013
|
5.47 %
|
April 2013
|
5.57 %
|
Maret 2013
|
5.90 %
|
BAB III
KESIMPULAN
a.
Pengangguran
Pengangguran adalah problem yang terus menumpuk.Bertambah dari tahun ke tahun.Persoalan pengangguran bukan sekedar bertumpu pada makin menyempitnya dunia kerja, tetapi juga rendahnya kualitas SDM (sumber daya manusia) yang kita punyai.
Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor komoditi, Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing (investasi), stabilitas keamanan, perilaku proteksionis (travel warning) sejumlah Negara-negara barat terhadap Indonesia, perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global yang menjadikan krisis pangan didunia, harga minyak dunia naik, pasar global dan berbagai perilaku birokrasi yang kurang kondusif atau cenderung mempersulit bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah buruh ditengah dunia usaha yang masih lesu.
Disamping masalah-masalah tersebut diatas, faktor-faktor seperti kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan karyawan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik juga sangat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di Indonesia.
Semua permasalahan hal diatas tampaknya sudah dipahami oleh pembuat kebijakan (Decision Maker). Namun hal yang tampaknya kurang dipahami adalah bahwa masalah ketenagakerjaan atau pengangguran bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula.
b.
Inflasi
inflasi
merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat,
melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia
·
Faktor-faktor
Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah
uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah
·
Efek yang
ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1
Efek terhadap pendapatan (Equity
Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek
terhadap Output (OutputEffect), 4
Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan Kemakmuran
masyarakat.
·
Cara
mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan
moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang berkaitan dengan
Output, kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain,
perbaikan prilaku masyarakat.
BAB IV
REFERENCE
ü Source : Pengantar Makro Ekonomi- Sadono
Sakirno
ü Source : ekonomi makro “pendekatan kontemporer-
Sigit Triandaru, S,E
ü E:\hh\Artikel
Inflasi dan pengangguran.htm
ü E:\hh\Candy_candy Pengangguran, Inflasi dan Kebijakan
Pemerintah.htm
ü E:\hh\Cara Pemerintah Mengatasi-Menanggulangi
Inflasi ardra.biz.htm
ü E:\hh\Dampak dan Cara Mengatasi Pengangguran di
Indonesia - ILMU DAN CERITA.htm
ü E:\hh\Faktor Masalah Pengangguran dan cara
mengatasinya – dimasjoe10.htm
ü E:\hh\Faktor Masalah Pengangguran dan cara
mengatasinya – dimasjoe10.htm
ü E:\hh\Cara Mengatasi Terjadinya Inflasi Dania's Blog.htm
ü http://foctarina.blogspot.com/2014/02/analisis-peran-kebijakan-pemerintah.htm
ü http://www.bps.go.id/brs_file/naker_05mei14.pdf
Disusun oleh :
Suci Nurhayati B300130155
Fitri Khoirulana B300130159
Yesprinta As Hero B300130162
Tidak ada komentar:
Posting Komentar